Suara Pembaharu
Artikel

Indonesiaku di 74 Tahun

Manado – Telah 74 tahun Negeri ini memproklamirkan kemerdekaannya, dan Rakyatnya tak lagi harus mengangkat senjata dan bambu runcing untuk berperang dan mempekkikan kata merdeka. Karna telah habis darah itu diperjuangkan para pahlawan.

Kita sudah “MERDEKA”. Dan hampir mendekati satu abad kita lepas dari penjajahan fisik Portugal, Belanda, dan Jepang yang menyengsarakan rakyat Indonesia.

Kita pun telah lepas dari perbudakan fisik yang menyakitkan dan menelan korban, jutaan rakyat Indonesia.

Kini, setelah 74 Tahun bangsa ini Merdeka dan bergerak melakukan perbaikan nasib di seluruh bagian. Berupaya tumbuh di atas tubuh kita, terus hidup dan subur dari tenaga kita, rezeki kita, dan zat-zatnya masyarakat kita.

Sudah saatnya, kita benar-benar fokus menatap Indonesia, wajah Indonesia yang dicita-citakan, Negara Indonesia sebagaimana panji-panji revolusi digelorakan, Indonesia yang di proklamirkan bukan Indonesia yang tak berbusana dan diperkosa keasliannya.

Disaat Indonesia diproklamirkan kemerdekaannya 74 Tahun yang lalu, Bung Karno telah mengikis imperialisme dengan berbagai kebijakannya.

Melakukan Nasioanlisasi perusahaan-perusahaan asing di Tanah Air. Memperketat semua proposal investasi asing, dan melawan segala tawaran menggiurkan yang bertujuan mengeruk kekayaan alam Indonesia.

Walau Bung Karno sadar bahwa dirinya akan dijadikan musuh imperialis, pemerintahannya pasti dirongrong. Digerogoti dengan berbagai kegiatan separatis. Diteror dengan berbagai usaha pembunuhan. Hingga akhirnya, dia digulingkan oleh sebuah konspirasi jahat yang melibatkan anak negeri sendiri.

Saat lembaran baru Indonesia digelar. Kekuatan ekonomi asing kembali merajalela. Sesuka hati mengkapling-kapling potensi alam Nusantara, hingga negeri yang kaya akan sumber daya alamnya, hidup dibawah lilitan utang luar negeri, dan rakyatnya masih berkutat dengan kemiskinan. Masih bergelut dengan kemunduran. Masih tak berdaya atas cengkeraman kekuatan ekonomi asing.

Baca Juga :  Memaknai Peryataan Ketuhanan dan Keberadaban Dalam Pancasila

Tak usah jauh kita bicara soal potensi tambang emas, tembaga, batubara, minyak dan sebagainya yang negeri ini miliki. Bahkan untuk bergerak dari bangun hingga tidur, dari lahir hingga mati, kita tetap digerogoti. Air mineral, sabun, odol, shampo, kendaraan, operator selular, gula, beras, perlengkapan bayi, perbelanjaan mini, supermarket, dan lainnya tak lepas cengkraman asing.

Sepertinya kita harus kembali mengingat Pekikan Bung Karno tentang revolusi, dan mengembalikan makna dan hakikat kita sebagai bangsa Indonesia yang merdek.

Kita berevolusi, kita berjuang, kita berkorban, kita berdansa dengan maut, toh bukan hanya untuk menaikkan bendera sang merah putih, bukan hanya melepaskan sang Garuda Indonesia terbang di angkasa. Kita bergerak untuk ‘Mencapai Indonesia Merdeka’.

Kita akan terus bergerak karna kesengsaraan kita, kita bergerak karena ingin untuk hidup lebih layak dan sempurna. Kita bergerak bukan sekedar kata ‘ideal’ saja, kita bergerak karena ingin cukup makanan, ingin cukup pakaian, ingin cukup tanah, ingin cukup perumahan, ingin cukup pendidikan, ingin cukup meminum, seni dan kultur.

Indonesia Ku, 74 tahun bukan waktu yg singkat untuk berbenah, menambal dan menuju cita-cita itu. Semoga rakyatmu tak lagi di benturkan tentang hasrat ‘mereka’ tuk berkuasa dan berharta. Dan mimpi perjuangan menuju kemerdekaan tak lagi diperkosa ‘mereka’.

Penulis: Sahrul Setiawan

Postingan lainnya